Laman

Selasa, 08 November 2011

Jika Tinggal Sehari...

Pernahkah Anda membayangkan hidup ini tinggal sehari saja? Apa yang akan Anda perbuat jika usia kehidupan Anda tinggal 24 jam saja.
 
Dalam status jejaring sosial, seorang kawan menyatakan rasa tertegunnya, saat ia mendengar seorang ayah yang berduka. Dengan tegar, sang ayah berkata ke hadapan jenazah puteranya yang meninggal karena sakit,, ''Perjuanganmu sudah selesai, Nak…''
 
Begitulah, kehidupan ini adalah sebuah misteri. Semakin canggih manusia menemukan rekayasa kedokteran dan juga teknologi digitalisasi, tetap tak ada yang mampu menebak kapan kematian seseorang. Kematian tetaplah sebuah misteri. Inovasi demi inovasi dilakukan dunia medis, termasuk penemuan obat pereda sakit, alternatif penyembuh kanker sampai HIV, tapi mencegah kematian seseorang hingga titik akhir atau menebak berapa jatah usia seseorang tetap gagal dilakukan oleh siapapun di muka bumi ini.
 
Baru-baru ini, Guinness World Records melaporkan kematian orang tertua di dunia berusia 114 tahun 357 hari, seminggu sebelum ulang tahun ke-115-nya. Ia seorang warga Jepang bernama Kama Chinen, yang tinggal di suatu pulau sub-tropis di Okinawa. Chinen meninggal pada tanggal 2 Mei 2010 dan dia telah hidup melihat tiga abad yang berbeda. Tentu, usia Chinen ini tak ada apa-apanya jika dibandingkan manusia tertua yang pernah dicatat Kitab Suci, Metusalah, yang tutup usia di umur 969 tahun. Tapi toh, banyak juga kenyataan lain kita dapati, keanehan-keanehan menyangkut misteri kehidupan yang tak bisa diterka.
 
Faktanya, ada pejabat yang hidupnya korup tapi belum juga dijemput ajal hingga lebih dari 8 dekade usianya. Tapi ada juga anak muda, belum menikah, sangat potensial, tiba-tiba meninggal dunia karena penyakit yang menggerogoti tubuhnya secara cepat. Apakah ini bisa disebut adil? Saat seorang yang begitu cerah harapannya ternyata harus menghadap Sang Pencipta lebih dulu, sementara mereka di “urut kacang” terdepan tak kunjung tiba gilirannya? Bagi kita terkesan tak adil, tapi bagi-Nya tetap semua hal ada skenario sendiri.
 
Karena itu, yang perlu kita lakukan saat ini hanyalah mensyukuri kehadiran kita di dunia. Sembari merenungkan: sudah bergunakah hidup saya bagi orang lain? Menilik misteri besar kematian, kunci kehidupan bukanlah berapa lama usia kita di dunia, tapi seberapa bergunanya kita bagi sekeliling kita. Seberapa jauh kita akan dikenang dalam kehidupan ini, dalam berapapun usia kita, begitulah seharusnya kita memanfaatkan umur ini bagi lngkungan sekitar. 
 
Sebuah lagu pop dari satu kelompok musik sekuler liriknya menarik untuk direnungkan : 
 
” Jika tinggal sehari hidupmu di dunia ini, 
engkau kan perbuat apa yang tak sia sia
'Kan kupeluk orang tercinta, syukuri karunia
coba hibur hati mereka yang pernah kuhina…
Jika tinggal sehari usiamu di dunia ini
Engkau kan perbuat apa suatu yang bermakna…”
 
Lagu itu menegaskan, mumpung masih ada kehidupan, marilah kita berbuat terbaik, dalam karya di pekerjaan, kehidupan berkeluarga, maupun menyangkut relasi dengan orang lain. Semasa masih ada kehidupan diberikan Sang Pencipta, jangan sampai ada dendam berkuasa, yang akan disesali saat nafas pemberi nyawa itu benar-benar ditarik dari diri ini.
 
Selamat merenungkan dan memperbaiki kehidupan, karena tak ada yang tahu, berapa lama usia kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar